Judul | Peneliti | Abstrak |
---|---|---|
Penelitian Mandat: Mental Health in COVID-19 Pandemic, Peran Perguruan Tinggi dan Sekolah dalam Promosi, Prevensi, dan Intervensi: Sebuah Model Pengembangan | Ongoing | |
Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Bina Keluarga Sejahtera Melalui Desa Prima | Diana Setiyawati., MHSc., Ph.D., Psikolog. Nurul Kusuma H., M.Psi., Psikolog. Fatimatuzzahro, S.Psi. Alfan Fahri Rifqi As Sidqi, S.Psi. Anggit Nur Sasmito, S.Psi. Aqyas Dini Nisa, S.Psi. Marsha Prifirani Akmal Naseery | Isu keluarga telah menjadi perhatian sosial, ekonomi, dan politik di berbagai negara. Beragam faktor telah ditemukan memiliki hubungan dengan keluarga. Faktor seperti status ekonomi, status pendidikan, budaya, lingkungan, secara konsisten berpengaruh pada ketangguhan keluarga. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Daerah (PERDA) tentang Pembangunan Ketahanan Keluarga telah disahkan pada tahun 2018. Pengembangan program Bina Keluarga Sejahtera (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia) melalui desa prima yang sedang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada dasarnya merupakan salah satu program yang berorientasi pada pembangunan keluarga. Pelaksanaan program ini membutuhkan monitoring dan evaluasi program. Oleh karena itu, tujuan dari program ini adalah mengevaluasi hasil pelaksanaan model Pengembangan Bina Keluarga Sejahtera melalui penguatan Desa Prima. Penelitian studi komparatif dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebanyak 115 partisipan dari 3 kabupaten dilibatkan dalam penelitian ini. Uji Mann-Whitney U menunjukkan tidak adanya perbedaan relasi keluarga antara partisipan yang terlibat dengan program, dan partisipan yang tidak terlibat (p=0,288). Selain itu, Uji Korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara tingkat keterlibatan partisipan dengan relasi keluarga (p=0,283), status ekonomi (p=0,9), dan status pendidikan (p=0,347). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa diperlukan adanya perbaikan dalam perencanaan dan implementasi program untuk memastikan efektivitas program dalam mengatasi masalah. Rekomendasi terhadap langkah yang perlu dilakukan juga diberikan. |
Kajian tentang Tindak Lanjut Jangka Panjang Perda Pembangunan Ketahanan Keluarga DIY Nomor 7 Tahun 2018 | Ongoing | |
Online Sharing Session: Tele-Psikoedukasi sebagai Model Dukungan Psikologis terhadap Masyarakat di Tengah Pandemi | Prof. Dr. Sofia Retnowati, M.S., Psikolog Dr. Diana Setiyawati, M.HSc., Psikolog | Coronavirus Disease (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan merupakan wabah yang menyerang populasi hampir di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kasus positif di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal tersebut menyebabkan munculnya peraturan pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar yang berdampak pada aktivitas masyarakat di luar ruangan yang berdampak pada berbagai hal termasuk psikologis. Online Sharing Session (OSS) bertujuan untuk memberikan informasi seputar covid-19 dan menjadi sarana pemberian psikoedukasi mengenai upaya menjaga kesehatan mental di masa pandemi Covid-19. Peneliti menyebarkan kuesioner terhadap peserta OSS untuk mendapatkan evaluasi dari program ini. Jumlah peserta OSS keseluruhan adalah 21.420 peserta, rata-rata peserta untuk setiap sesinya adalah sebanyak 3.060 peserta yang terbagi ke dalam 12 grup. Responden dalam penelitian ini adalah 731 responden. Sebanyak 73.56% responden mengikuti Program OSS karena materi dapat diakses kembali, 70.69% karena dapat diakses di mana saja dan 64.22% karena waktu yang fleksibel. Jawaban dari pertanyaan peserta juga dijawab dengan baik oleh narasumber. 92% responden menilai jika jawaban yang diberikan narasumber berkualitas, 88% responden menilai jika tips dan usulan yang diberikan narasumber membantu, 90% responden menilai jika jawaban narasumber sesuai dengan pertanyaan peserta, dan 87% menilai jika narasumber paham dengan situasi dan masalah yang disampaikan peserta. Tiga dampak terbesar setelah mengikuti Program OSS yang dirasakan responden yang aktif bertanya, yaitu layanan OSS bermanfaat bagi peserta (93%), responden akan kembali mengikuti layanan OSS di masa depan (84%), dan responden berniat untuk mengikuti anjuran dari narasumber (81%). Dua dampak terbesar setelah mengikuti Program OSS yang dirasakan responden yang tidak aktif bertanya, yaitu memiliki minat untuk mencari informasi lainnya terkait kesehatan mental untuk membantu diri sendiri (61.7%), dan memiliki minat untuk mencari sumber pertolongan kesehatan mental lainnya (40.43%). 34.47% responden sangat puas, 58.54% puas, 5.20% netral, 0.59%, dan 1.19% sangat tidak puas mengikuti Program OSS. Saran untuk selanjutnya agar Program OSS dapat terus dilaksanakan dengan mengangkat tema atau isu terkini yang menarik, menambah variasi media untuk penyelenggaran, serta memperbanyak frekuensi dan menambah durasi pelaksanaan Program OSS. |