Setiap individu berkembang karena interelasi aktif antara individu dan lingkungan. Kemampuan individu yang diidentifikasi merupakan dasar untuk perkembangan selanjutnya adalah potensi intelektual, kepribadian, emosi, kondisi fisiologisnya dan biologisnya. Faktor ini dapat dioptimalkan perkembangannya oleh stimulasi dari lingkungan. Dalam lingkungan anak terdapat berbagai faktor seperti orang tua, teman, lembaga, dan aktivitas yang masing-masing mempunyai peran berbeda dalam perkembangan anak. Antara faktor yang ada dalam diri individu dan faktor lingkungan saling berinteraksi, sehingga terbentuklah anak seperti yang ada saat ini (Santrock, 2011).
Interelasi antara individu dan lingkungan menimbulkan satu norma-norma tertentu pada kelompok usia. Norma atau acuan yang dimaksud oleh Havighurst (1972) disebut dengan tugas perkembangan. Tugas perkembangan dirumuskan oleh Havighurst adalah tugas yang muncul dalam kurun waktu tertentu dalam kehidupan individu yang harus dilaksanakan oleh individu agar timbul rasa kompeten dan puas. Tugas perkembangan dimulai sejak anak di dalam kandungan sampai individu mencapai usia lanjut. Jika individu berhasil menyelesaikan tugas perkembangan pada kurun waktu yang telah ditentukan, maka akan menimbulkan rasa kompetensi dalam memenuhi tuntutan masyarakat dan diri sendiri sehingga individu akan merasa bahagia. Selanjutnya individu akan masuk ke tugas perkembangan selanjutnya. Namun jika individu gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka akan timbul perasaan tidak kompeten.
Jika tidak dipahami secara sempurna, kondisi ini dapat menyebabkan guru dan orang tua menjadi cemas dan kemungkinan timbul sikap negatif terhadap anak (Hallahan, Kauffman, & Pullen, 2012). Perlakuan yang kurang tepat pada anak akan memperparah keadaan. Kondisi ini lebih lanjut dapat menyebabkan anak menjadi kurang bahagia. Oleh karena itu, keterampilan melakukan deteksi dini kelainan anak balita sangatlah penting, agar bisa tertangani sedini mungkin sehingga bisa mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan tugas perkembangan.
Detail acara:
Sabtu, 9 April 2016
G-100 Fakultas Psikologi UGM
Ticket: Rp 75.000,-
Workshop 10.30-16.30
Ticket: Rp 225.000,-
Seminar + Workshop
Ticket: Rp 250.000,-
Bersama para pakar:
1. dr. Purboyo Solek Sp.A (K)
Konsultan Syaraf Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fak. Kedokteran UNPAD
Dewan Pembina/Konsultasi Asosiasi Disleksia Indonesia
Penanggung jawab Pengembangan Program Kelas Layanan Khusus Disleksia, Kelas Vokasional dan Flexi School di Indigrow Child Development Center Bandung, Rumah Sakit Melinda 2
2. dr. Kristiantini Dewi Sp.A
Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia
Kelas Layanan Khusus Disleksia, Kelas Vokasional dan Flexi School di Indigrow Child Development Center Bandung, Rumah Sakit Melinda 2
3. Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D
Dosen Fakultas Psikologi UGM
Ahli Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus
Ketua Asosiasi Penyelenggara Perguruan Tinggi Psikologi Indonesia
Output skill:
1. Ketrampilan melakukan deteksi dini kelainan anak balita (disleksia, autis, ADHD, CP, epilepsi).
2. Ketrampilan manajemen kelainan anak balita (disleksia, autis, ADHD, CP, epilepsi).
Anda yang harus hadir:
– Guru
– Psikolog
– Orangtua
– Dokter Anak
– Tokoh Masyarakat
– Mahasiswa Psikologi dan Pendidikan
– Pemerhati Pendidikan Inklusi
Pendaftaran
1. Mengisi formulir dengan cara:
Cara 1: mengisi formulir online di http://bit.ly/1R0bo78
atau
Cara 2: melalui SMS/WA ke nomor 081327395698 dengan format
NAMA_PEKERJAAN_INSTITUSI_NO.HP_EMAIL
2. Transfer biaya pendaftaran ke no. rek. Bank Mandiri 8888813073011029 a.n. UGM FPS CPMH KERJASAMA dengan referensi nomor HP Anda.
3. Konfirmasi pendaftaran dengan mengirimkan bukti transfer ke email cpmh@ugm.ac.id atau SMS/WA.
Contact Person:
CPMH (081327395698) | cpmh@ugm.ac.id