psikolog puskesmas
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Center for Public Mental Health (CPMH) menyelenggarakan Webinar yang berjudul “Memahami Spektrum Kesehatan Mental: Dari Keluarga Hingga Adiksi” pada hari Jumat, 9 Oktober 2020. Acara yang dilaksanakan secara daring ini mengundang dua narasumber dan satu pembicara utama (keynote speaker), serta menghadirkan empat psikolog puskesmas yang telah bergerak dalam pelayanan kesehatan mental selama lebih dari 10 tahun.
Tingginya angka prevalensi gangguan jiwa dan sedikitnya jumlah tenaga profesional kesehatan mental di Indonesia menyebabkan adanya treatment gap atau kesenjangan dalam pelayanan kesehatan mental. Akibatnya, banyak orang dengan gangguan jiwa yang tidak tertangani atau mendapatkan layanan kesehatan mental yang dibutuhkan. Untuk menangani permasalahan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah memasukkan layanan kesehatan mental ke dalam pelayanan primer atau yang dikenal dengan sebutan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di Indonesia masih sangat kurang. Memiliki gangguan mental masih dianggap hal yang tabu atau bahkan aib dalam keluarga. Hingga saat ini, masyarakat masih kerap memiliki stigma (labelling, stereotip, pengucilan, dan diskriminasi) terhadap ODGJ, sehingga mempersulit proses kesembuhannya dan kesejahteraan hidupnya. Stigma adalah bentuk prasangka yang mendiskreditkan atau menolak seseorang maupun kelompok karena individu atau kelompok yang ditolak tersebut dianggap berbeda dengan diri sendiri atau kebanyakan orang (Ahmedani, 2011).