Tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, gangguan mental juga dapat menimpa anak-anak dan remaja. Data dari WHO membuktikan bahwa gangguan mental bisa terbentuk bahkan sebelum individu menginjak usia 14 tahun, dan akan terus berkembang hingga dewasa apabila tidak ditangani sejak dini (Perkasa, 2020). Hal tersebut juga menjelaskan alasan dibalik tingginya lonjakan angka gangguan mental yang dialami individu dalam rentang usia 20-an yang termasuk dalam kategori dewasa muda (Maharrani, 2019).
Melihat data diatas, beberapa penelitian juga menunjukkan hasil serupa yang mengindikasikan bahwa stres merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling umum bahkan dapat dirasakan siapa saja (Banerjee & Chatterjee, 2016), tanpa memperhatikan jenis kelamin, umur, maupun perkembangan individu tersebut. Stres dan gangguan mental lainnya juga dapat dirasakan oleh siswa yang masih duduk di bangku sekolah, apabila beban yang mereka bawa lebih besar dibanding kapasitas mereka untuk menopang beban tersebut. Berbagai kasus di lapangan menunjukkan bahwa beban akademik telah terbukti menjadi salah satu faktor yang berpotensi untuk mengganggu kesehatan mental siswa sekolah. Untuk itu, sangat penting agar sekolah dapat menerapkan kebijakan yang menjaga tidak hanya kesejahteraan lahir dan batin para siswa, namun juga komponen-komponen pendidikan lainnya.
Mengenal Sekolah Sejahtera
School-based mental health services, atau biasa disebut dengan sekolah dengan layanan kesehatan mental merupakan salah satu fasilitas layanan kesehatan mental yang difasilitasi oleh konselor dalam suatu komunitas yang mengunjungi sekolah-sekolah (Lenares-Solomon, Brown, & Czerepak, 2019).
Adapun prinsip yang diterapkan dalam pelayanan ini adalah, bagaimana para konselor klinis beserta pihak sekolah dapat menciptakan layanan juga mewujudkan lingkungan sekolah dengan kesejahteraan fisik dan jiwa sebagai prioritas utamanya. Di Indonesia, khususnya Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM bersama dengan Center for Public Mental Health (CPMH) dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY telah merancang konsep serupa, yaitu program Sekolah Sejahtera. Program ini bertujuan untuk mewujudkan sistem yang mengedepankan perkembangan optimal murid-murid. Konsep yang digunakan juga mendorong seluruh warga sekolah untuk saling memberi dukungan serta apresiasi positif yang dapat membantu murid untuk tetap produktif dengan rasa bahagia.
Untuk dapat mencapai target program yang diinginkan, tentunya kerjasama serta komunikasi seluruh pihak bersangkutan harus terjalin dengan baik. Pihak-pihak yang bersangkutan tak terkecuali adalah orang tua murid itu sendiri. Salah satu indikator dari keberhasilan seorang anak adalah dengan melihat bagaimana orang tua mereka membesarkan anak-anak tersebut. Hal yang sama juga diimplementasikan dalam pendidikan, dan sangat krusial bagi orang tua untuk melibatkan diri mereka dalam pendidikan anak.
Tidak hanya untuk memastikan bahwa anak mendapatkan pendidikan yang cukup, orangtua juga memegang peranan krusial dalam menjaga kesehatan mental seorang anak. Peran tersebut menjadi jauh lebih besar dalam masa pandemi ini. Kemunculan COVID-19 mengharuskan anak-anak sekolah untuk melanjutkan pembelajaran mereka secara daring atau online. Tentunya, melakukan seluruh kegiatan selama kurang lebih tiga bulan di rumah dapat meningkatkan tingkat stres pada anak-anak yang juga membutuhkan hiburan dalam kehidupannya.
Dalam hal ini, orang tua mendampingi serta memastikan agar anak-anak dapat memiliki kondisi lingkungan yang aman secara fisik dan psikologis. Membantu pola hidup sehat anak, mengatur jadwal belajar, bermain dan berkomunikasi dengan baik merupakan beberapa contoh perilaku yang mendeskripsikan pentingnya peranan orang tua dalam menjaga kesehatan mental anak. Dengan upaya tersebut, anak akan dapat belajar secara produktif serta dapat menyeimbangkan aktivitas mereka dengan kegiatan bermain. Proses ini akan membantu mengurangi tingkat stres yang dirasakan anak dalam kegiatan sehari-hari mereka di rumah (Kurniati, Alfaeni, & Andriani, 2020).
Pelibatan Orang Tua dalam Sekolah Sejahtera
Keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan serta pencapaian anak tidak hanya di lingkungan rumah, namun juga di lingkup akademik mereka. Di dalam program Sekolah Sejahtera, orientasi siswa dengan orangtua dilakukan pada awal tahun agar orangtua memahami gambaran kegiatan yang akan dilakukan anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga dapat berdiskusi terkait hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan siswa di sekolah yang menjadi rumah kedua tersebut.
Terdapat beberapa faktor yang ditekankan pada orientasi siswa dan orangtua yang diusulkan dalam program ini, di antaranya:
- Faktor keamanan dan keselamatan siswa di sekolah; yang mana pihak sekolah memberikan kepedulian untuk keselamatan dan keamanan siswa. Orang tua juga akan terus diberitahu dan diikutsertakan terkait hal-hal pendukung sekolah yang aman dan ramah tersebut.
- Faktor nilai, visi, dan misi sekolah; yang mana pihak sekolah dan orangtua bersama-sama berupaya untuk mewujudkan nilai, visi, serta misi yang dimiliki oleh sekolah tersebut. Tentunya, pihak sekolah juga akan mendorong orangtua untuk selalu menjaga kesejahteraan anak di rumah untuk memotivasi semangat belajar mereka pada saat di sekolah.
- Faktor jalinan komunikasi dan kerjasama antara sekolah dan orangtua; yang mana pihak sekolah juga memastikan agar akses yang mereka miliki untuk melibatkan orangtua akan mudah. Disini, orang tua akan diberi kesempatan untuk berdiskusi terkait perkembangan anak-anak mereka di sekolah.
Penjelasan diatas menunjukkan bagaimana peran orang tua dapat bekerja untuk kehidupan akademis anak-anak di sekolah.
Selain itu, terdapat beberapa aspek lain yang perlu diperhatikan untuk menciptakan program Sekolah Sejahtera yang baik. Aspek-aspek tersebut terdiri dari kemampuan komunikasi antar individu yang apresiatif dan empati terhadap situasi juga permasalahan yang dialami oleh masing-masing pihak; baik pihak sekolah maupun pihak orang tua. Kurangnya komunikasi antara pihak orangtua dan sekolah serta realitas lapangan yang negatif menjadi permasalahan yang kerap muncul apabila aspek-aspek tersebut tidak berhasil diterapkan. Pihak sekolah dan orangtua dapat meningkatkan empati mereka untuk bisa saling memahami posisi dan kekhawatiran masing-masing, agar persoalan dapat diselesaikan dengan lancar tanpa ada yang terpojokkan. Kemampuan untuk berempati dan saling menghargai akan semakin mempererat jalinan kerja yang positif.
Dalam program ini, tidak hanya faktor serta aspek orientasi siswa yang perlu ditekankan. Pendekatan yang diaplikasikan dalam program ini pun memegang peranan penting yang nantinya akan menjadi pondasi yang akan membentuk seluruh kegiatan belajar mengajar. Program Sekolah Sejahtera menggunakan pendekatan dengan basis yang berfokus pada kelebihan siswa. Seringkali, individu lebih banyak memikirkan hal-hal negatif ketimbang hal yang positif. Pola pikir seperti ini perlu dihindari ketika berbicara mengenai potensi yang dimiliki setiap anak. Orangtua perlu meningkatkan kesadaran bahwasanya seluruh anak memiliki kelebihan masing-masing, dan kelebihan yang telah diidentifikasi tersebut akan menjadi “tameng” anak untuk menghadapi permasalahan yang ada. Pendekatan ini juga akan membantu anak untuk dapat melihat sisi positif dari segala hal yang terjadi di sekitar mereka.
Referensi:
Banerjee, N., & Chatterjee, I. (2016). Academic stress, suicidal ideation, & mental well-being among 1st & 3rd semester medical, engineering, & general stream students. Researchers World, 73-80. doi:10.18843/rwjasc/v7i3/09
Lenares-Solomon, D., Brown, M. H., & Czerepak, R. (2019). The Necessity for School-Based Mental Health Services. Journal of Professional Counseling: Practice, Theory, & Research, 46(1-2), 3-13. doi:10.1080/15566382.2019.1674074